Prospek Properti Menjelang Pilpres 2014

Menjelang pilpres 9 juli 2014 mendatang, semua berharap dengan terpilihnya presiden yang baru akan membawa perubahan yang lebih baik. Kita berharap pemerintahan baru yang dibentuk oleh presiden terpilih dapat membangun optimisme dan mendorong aktivitas bisnis di semua sektor usaha. Pemerintahan baru juga diharapkan dapat menggerakkan sektor-sektor strategis untuk mendukung perekonomian nasional.
Prospek Properti Menjelang Pilpres 2014
ilustrasi oleh fin6.com
Sektor properti termasuk di antara sektor usaha yang bakal kecipratan berkah dari terbentuknya pemerintahan baru. Menilik platform ekonomi dua pasang calon presiden/calon wakil presiden Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta yang akan bertarung di laga Pilpres 2014, terlihat antusiasme untuk menggalakkan investasi di sektor properti. Siapa pun pasangan presiden yang terpilih, kita berharap akan muncul dampak positif terhadap kinerja sektor properti.

Kalangan analis pasar modal memprediksi sektor properti tahun ini semakin bertumbuh. Emiten properti diprediksi bisa meningkatkan kinerja penjualan mereka hingga 35 persen dan laba bersih berkisar 33-40 persen. Kinerja tahun ini masih bagus karena penjualan properti lebih ditopang hasil order tahun sebelumnya. Bahkan, sampai lima tahun ke depan, pelaku pasar modal memandang sektor properti masih menarik, meski dibayangi kekhawatiran kenaikan suku bunga kredit yang bakal berdampak menahan laju pertumbuhannya. Pada periode tersebut, sektor properti rata-rata masih bisa tumbuh 23 persen per tahun. 

Tentu sektor properti tidak bisa berjalan sendirian. Pembangunan properti akan berjalan jika didukung oleh pendanaan yang memadai. Pengerjaan proyek properti membutuhkan dana besar dan perbankan bisa mengambil peluang dengan mengucurkan kreditnya. Karena itu, banyaknya proyek properti akan memberi dampak positif juga terhadap perusahaan-perusahaan sektor keuangan dan perbankan.

Data Bank Indonesia menyebutkan, dari total outstanding kredit properti Rp 479,73 triliun per akhir Maret 2014, pinjaman konstruksi mencapai Rp 115,69 triliun, atau naik dari tahun sebelumnya Rp 92,54 triliun. Pinjaman real estat juga naik menjadi Rp 79,39 triliun dari posisi sama 2013 sebesar Rp 60,27 triliun. Sedangkan kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen sebesar Rp 284,65 triliun, atau naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp 231,39 triliun. 

Sektor perbankan sampai akhir tahun ini diprediksi akan terus meningkat lantaran pertumbuhan penyaluran kredit cukup tinggi. Ekspektasi pertumbuhan penyaluran kredit tahun ini mencapai 15-17 persen, meski hingga lima bulan pertama tahun ini sudah tumbuh 17-21 persen. Pertumbuhan sektor perbankan Indonesia yang tinggi ini bikin ngiler bank-bank asing. Mereka berlomba-lomba ingin membuka cabang di sini karena melihat potensi sektor perbankan Indonesia yang didukung jumlah penduduk yang besar dan pendapatan per kapita yang meningkat. 

Masih tingginya angka kurang pasok akibat tingginya permintaan perumahan atau backlog yang saat ini mencapai 15 juta unit bisa menjadi peluang bagi sektor perbankan untuk mengucurkan kredit. Menurut data Kementerian Perumahan Rakyat, untuk memenuhi kebutuhan 15 juta rumah dibutuhkan dana sebesar Rp 2.650 triliun. Selain pemerintah, keterlibatan swasta sangat diharapkan untuk menurunkan backlog perumahan di Tanah Air.

Sektor properti yang terus bertumbuh bukannya tanpa tantangan. Persoalan krusial dalam pembangunan properti adalah masalah tanah. Tanah menjadi salah satu komponen penting penentu harga rumah. Sementara harga tanah terus melambung dan susah dikendalikan kenaikannya. Terbatasnya lahan dan tingginya harga tanah untuk pembangunan perumahan juga menjadi penyebab tingginya angka backlog. 

Khusus masalah tanah, kita berharap pemerintahan baru membuat terobosan untuk mencari solusinya. Salah satu alternatif solusi yang bisa ditawarkan adalah membentuk suatu badan yang bertugas untuk pengadaan tanah dan pembiayaannya. Badan ini nantinya mengelola bank tanah. Pemerintah bisa saja memerintahkan BUMN untuk mengalokasikan sedikitnya 5 persen tanah milik perusahaan negara untuk bank tanah, sedangkan sisanya bisa dari pemerintah daerah. Badan ini juga yang akan menjamin harga tanah tidak akan terlalu bergejolak seperti yang terjadi sekarang ini. 

Terobosan lain yang bisa dilakukan adalah mempercepat pengesahan Rancangan Undang-Undang Tabungan Perumahan Rakyat (RUU Tapera). RUU ini merupakan pintu masuk bagi seluruh lapisan masyarakat untuk dapat memiliki tempat tinggal yang layak. Adanya undang-undang tersebut akan memotivasi masyarakat untuk menabung agar dalam jangka waktu tertentu mampu membeli rumah yang layak. [dilansir dari beritasatu.com]

0 Response to "Prospek Properti Menjelang Pilpres 2014"

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar Anda disini.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *